Pendidikan di Lombok Barat hari ini masih jauh dari kata merdeka. Banyak ruang kelas bocor, lantai retak, WC tak layak, jaringan internet hilang timbul, sementara murid belajar di tengah keterbatasan. Data terbaru bahkan menunjukkan rata-rata lama sekolah masyarakat Lombok Barat hanya 6,8 tahun artinya mayoritas belum lulus SMP. Lebih dari 8.000 jiwa masih hidup dalam kemiskinan ekstrem, dan jelas ini berdampak langsung pada anak-anak yang terpaksa putus sekolah.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa janji kemerdekaan “mencerdaskan kehidupan bangsa” belum benar-benar menyentuh desa-desa. Anak-anak kita tumbuh di ruang belajar yang tidak manusiawi, dan banyak yang harus memilih bekerja membantu orang tua daripada melanjutkan sekolah. Ketimpangan antara seremoni kemerdekaan dengan realitas pendidikan di lapangan begitu terasa.
Ki Hadjar Dewantara pernah berkata, pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak. Tapi bagaimana anak bisa tumbuh jika ruang belajarnya retak? Paulo Freire menegaskan, pendidikan seharusnya menjadi praktik pembebasan, bukan penindasan. Tapi bagaimana mungkin pendidikan membebaskan, jika murid justru terpenjara oleh kemiskinan? Nelson Mandela percaya pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia, sementara Malala Yousafzai yakin satu guru, satu murid, satu buku, dan satu pena bisa mengubah dunia. Namun di Lombok Barat, anak-anak masih banyak yang harus meninggalkan pena untuk cangkul, dan buku untuk pasar.
Sebagai bagian dari generasi muda, kami dari Front Mahasiswa Lombok Barat menegaskan bahwa kemerdekaan yang kita rayakan tiap tahun seharusnya tidak berhenti di lapangan upacara. Ia harus hadir di ruang-ruang kelas sederhana, di wajah murid yang berani bermimpi, dan di kehidupan masyarakat yang tidak lagi terjebak kemiskinan. Tan Malaka pernah mengingatkan bahwa idealisme adalah kemewahan terakhir pemuda. Maka idealisme itu mesti diwujudkan dalam keberanian menuntut pendidikan yang layak bukan sekadar seremoni. Sebab kemerdekaan sejati hanya berarti ketika anak-anak Lombok Barat benar-benar merdeka dalam belajar dan punya kesempatan untuk mengubah masa depan.